Sunday, December 9, 2018

Makalah Sistem Peminjaman Kuno Buku Di Perpustakaan


PEMBAHASAN

 

 

A.   Sistem-Sistem Peminjaman Kuno

Sistem peminjaman kuno ialah cara peminjaman yang dipergunakan sebelum adanya sistem baru yang lebih baik. Pada mulanya buku diciptakan sebagai alat untuk melestarikan informasi atau hasil kebudayaan. Kemudian pendapat itu berubah menjadi buku adalah untuk dipergunakan. Maka mulailah buku dipinjamkan. Proses inilah yang disebut sebagai sistem sirkulasi bahan perpustakaan. Sistem peminjaman pada perpustakaan umum di AS lebih cepat berkembang dibandingkan sistem peminjaman pada perpustakaan perguruan tinggi. Ini juga terjadi di Indonesia. Pada saat perpustakaan umum mamakai sistem layanan terbuka, perpustakaan perguruan tinggi masih mempergunakan sistem layanan tertutup.
Banyak perpustakaan perguruan tinggi mengeluh banyak buku yang hilang jika mempergunakan sistem layanan terbuka. Perpustakaan umum lebih berani mencoba sistem layanan yang paling baik bagi petugas perpustakaan maupun bagi anggotanya. Pencatatan peminjaman buku yang paling awal yang dilakukan oleh perpustakaan umum ialah dengan cara mencatat nama pengarang, judul buku, dan nama peminjam pada buku pencatatan peminjaman. Transaksi peminjaman buku sehari berderet pada buku catatan peminjaman tersebut. Kesulitan dijumpai pada saat mencari sebuah buku yang dipinjam, harus membuka seluruh catatan dan memeriksanya satu persatu. Cara ini memakan waktu lama dan sukar dilaksanakan, apalagi kalau peminjam dan buku yang dipinjam semakin banyak.

B.    Macam-macam sistem peminjaman kuno
·                     Sistem Ledger
Perkembangan selanjutnya adalah menggunakan sistem Ledger. Ini juga masih mempergunakan buku catatan, tetapi buku catatan tersebut diberi nomor halaman. Setiap nomor halaman diperuntukkan satu peminjam. Disanalah buku-buku yang dipinjam ditulis. Ini agak memberikan kemudahan, terutama pada waktu pengembalian buku. Bila ditanyakan kepada peminjam berapa nomor halaman untuknya, maka lokasinya cepat ditemukan. Walaupun demikiann, sistem ini pun masih kurang efektif. Tetapi masih dipakai sampai tahun 1860.

·                      Sistem Dummy
Sistem peminjaman selanjutnya adalah sistem dummy. Cara ini dimaksudkan untuk menghilangkan cara pencatatan yang banyak setiap kali peminjaman. Juga untuk menghilangkan cara membolak-balik halaman buku dan nama peminjam dalam mencari buku tertentu.
Sepotong kayu atau papan berukuran sama dengan buku dibungkus dengan kertas, Inilah disebut dummy. Padanya dituliskan nomor panggil, nama pengarang, dan judul buku. Saat buku dipinjam, pada dummy tersebut dicatatkan nomor peminjam dan tanggal buku yang harus kembali. Kemudian dummy diletakkan di rak, ditempat buku yang dipinjam tersebut. Cara praktis yang mula-mula dipergunakan oleh sebuah Sekolah  Minggu ini lebih memudahkan orang jika ingin mengecak sebuah buku. Sepintas bisa dilihat di rak, buku-buku yang dipinjam dan bilamana buku tersebut harus kembali. Buku-buku yang tidak dipinjam, dummy-nya berjejer didekat meja peminjaman.
·                     Sistem Slip
Sistem dummy ini kemudian berkembang menjadi sistem slip. Setiap buku yang akan dipinjam, dituliskan dulu nomor buku, nama pengarang, judul buku, nama peminjam, alamat dan nomor anggota peminjam, dan batas tanggal peminjaman. Slip dari buku-buku tersebut disimpan di meja peminjaman. Ini lebih bagus dari sistem dummy yang catatan peminjamannya bertebaran di rak.

·                     Sistem Kartu Buku
Slip ini kemudian berkembang menjadi kartu buku yang dimasukkan kedalam kantong buku. Setiap kali ada peminjaman tinggal dituliskan nama peminjam dan tanggal kembalinya.
Peminjaman pada perpustakaan umum semakin hari semakin bertambah. Maka perlu diadakan sistem peminjaman yang mudah dan aman, yaitu menggunakan kartu. Kartu buku ditempatkan pada setiap buku dan kartu keanggotaan, atau kartu peminjaman agar buku-buku yang dipinjam oleh seorang tampak sekaligus. Di samping itu ada kartu identifikasi anggota, sebagai tanda bahwa ia berhak mempergunakan perpustakaan. Pada awal abad ke-20 muncullah Sistem Peminjaman Browne.
·                     Sistem Peminjaman Browne ( Browne Charging System)
Sistem peminjaman ini sudah lama dipergunakan, terutama di Inggris. Sistem ini ditemukan akhir abad ke-19 oleh Nina E. Browne, pustakawan dari Library Bereau Boston yang juga sekretaris American Library Assosiation Publishing Board. Dalam sistem pelayanan hastawi (manual), sistem ini memiliki kecepatan yang tinggi jika dibandingkan sistem hastawi yang lain. Perpustakaan Nasional di Singapura dan Perpustakaan The British Council di Jakarta mempergunakan sistem peminjaman ini. Karena kecepatan dan sangat mudah pelaksanaannya, maka perpustakaan sekolah mempergunakan sistem peminjaman Browne ini.
Tetapi dengan datangnya sistem peminjaman berkomputer, sistem peminjaman Browne jadi tersisih. Dengan tersisihnya sistem Browne dan transaksi peminjaman yang semakin meningakat, ditambah kemajuan teknologi dalam sistem perpustakaan integral berkomputer (ComputirzedIntegraltedLibrary System) seperti VTLS (Virinia Tech Library System)dari USA, SISPUKOM (Sistem Perpustakaan Berbasis Komputer) dari Malaysia, banyak sistem perpustakaan menggunakan sistem tersebut. Menurut Beeham dan Harrison, sistem peminjaman ini hanya cocok untuk perpustakaan kecil.

1.      Alat-Alat yang dipergunakan
Alat-alat yang dipergunakan untuk sistem peminjaman Browne, yaitu:
a.       Label tanggal kembali, ditempelkan pada tiap-tiap buku.
b.      Kantong buku, untuk menempatkan kartu buku, ditempel pada bagian belakang buku.
c.       Kartu buku dimasukkan di kantong buku.
d.      Tiket untuk peminjaman, setiap buku satu tiket, diserahkan kepada pembaca, jumlahnya sesuai dengan ketentuan maksimal boleh meminjam buku. Pada setiap tiket peminjaman dituliskan nama dan alamat pembaca.
e.       Kotak tempat penyimpan tiket peminjaman.
f.       Penunjuk hari
g.      Formulir keanggotaan.

2.      Proses / Cara peminjaman
Mereka yang akan menjadi anggota perpustakaan harus mengisi formulir keanggotaan. Formulir ini mencatat nama pembaca dan alamat rumah, sehingga kalau pembaca lalai mengembalikan buku bisa ditegur. Jumlah tiket yang diberikan kepada setiap pembaca dicantumkan di formulir keanggotaan. Beberapa nama dan alamat rekan terdekat boleh dicantumkan sehingga kalau tidak berhasil menghubungi pembaca tersebut, bisa bertanya kepada teman karibnya itu.
Pembaca memperoleh tiket sebanyak maksimum ia boleh meminjam buku. Pada setiap tiket dituliskan nama dan alamat pembaca. Pada waktu peminjaman, pembaca menyerahkan tiket peminjaman yang diisi dengan kartu buku yang diambil dari buku yang mau dipinjam. Petugas membubuhkan cap tanggal buku harus dikembalikan pada slip tanggal kembali. Pembaca tidak usah menulis apa-apa di kartu buku atau pada formulir lain. Yang ia kerjakan hanya mencabut kartu buku dari kantong kartu buku yang menempel pada bagian belakang setiap buku. Pekerjaan ini jelas sangat mudah dan tidak memakan banyak waktu.
Peminjam yang banyak dan antre panjang dapat dilayani petugas dengan cepat. Yang perlu dikerjakan ialah memperhatikan apakah kartu buku tersebut benar dari buku yang dipinjam, dan tidak lupa membubuhkan stempel batas tanggal kembali pada buku.jadi pembaca tidak lupa bilamana buku paling lambat harus dikembalikan. Kemudian setelah pembaca reda petugas membubuhkan stempel tanggal kembali pada setiap kartu buku yang di pinjam tadi.
Memang seyogianya setiap buku yang dipinjam keluar, petugas harus membubuhkan stempel batas tanggal kembali dislip tanggal kembali dan kartu buku. Tetapi demi menjaga kecepatan dan melayani banyak pembaca yang terburu-buru, petugas bisa mengerjakan yang penting dan pokok terlebih dahulu. Kemudian mengecek setiap kartu buku yang bukunya dipinjam tadi dengan membubuhkan stempel batas tanggal kembali. Sesudah itu petugas perpustakaan munyusun kartu-kartu buku yang sudah berada pada kantong/tiket peminjaman tersebut menurut tanggal buku harus kembali. Karena begitu banyaknya kartu buku yang dipinjam untuk tanggal dan hari tersebut, maka disusun menurut urutan nomor panggil. Hal ini untuk memudahkan kalau buku dikembalikan oleh pembaca.
 3.      Proses / Cara pengembalian
Pada waktu mengembalikan, petugas melihat batas tanggal kembali, dan mengeceknya dengan batas petunjuk tanggal. Di sana ditemukan kartu buku dan tiketnya. Tiket/kantong peminjaman diberikan kepada peminjam, sedangkan kartu buku diambil dan dimasukkan kedalam kantong buku dibuku yang baru dikembalikan tadi.

4.      Keutungan Sistem Browne
Adapun keuntungan menggunakan sistem peminjaman Browne ini, yaitu:
a.       Sederhana
b.      Ekonomis
c.       Dapat melokasi buku apa saja yang dipinjam setiap saat.
d.      Dapat melokasi dan mengirim surat peringatan kepada peminjam yang melewati batas waktu pinjam.
e.       Memudahkan pemesanan buku oleh peminjam yang lain.
f.       Jumlah buku yang dipinjam oleh masing-masing pembaca mudah di kontrol.
g.      Tak ada penundaan pengembalian buku ke rak begitu setelah buku dikembalikan oleh peminjam.
h.      Pemilikkan tiket oleh pembaca membuktikan bahwa pembaca sudah tidak memiliki peminjaman lagi.

5.      Kerugian Sistem Peminjaman Browne
Adapun kerugian dari sistem peminjaman Browne ini, yaitu:
a.       Sebagai peminjaman manual cukup memakan waktu jika dibandingkan sistem peminjaman berkomputer.
b.      Mudah terjadi kesalahan dalam peminjaman dan pengembalian, terutama kalau petugas perpustakaan tidak tertib dan tidak adil.




PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Yang dimaksud dengan sistem peminjaman kuno ialah cara peminjaman yang dipergunakan sebelum adanya sistem baru yang lebih baik. Pada mulanya buku diciptakan sebagai alat untuk melestarikan informasi atau hasil kebudayaan. Kemudian pendapat itu berubah menjadi buku adalah untuk dipergunakan. Maka mulailah buku dipinjamkan. Proses inilah yang disebut sebagai sistem sirkulasi bahan perpustakaan.

Kemudian sistem peminjaman kuno di perpustakaan dibagi menjadi beberapa macam, yaitu Sistem Dummy, Sistem Legder, Sistem Slip, Sistem Kartu Buku dan Sistem Peminjaman Browne. Dalam setiap masing-masing sistem mempunyai kekurangan dan kelebihan untuk digunakan di Perpustakaan seluruh dunia. 



DAFTAR PUSTAKA


Martoatmojo, Kamidi. 2009. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka

Terimakasih atas kunjungannya. :)









No comments:

Post a Comment

Jangan lupa vote Blog ini yaa guys :) Thankyou