Sunday, December 9, 2018

Makalah Pelestarian Bahan Pustaka Di Berbagai Negara (Indonesia, Eropa, Amerika)


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan sebagainya.

Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya.

Bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, selain ruangan, gedung, peralatan, tenaga dan anggaran. Unsur-unsur tesebut satu sama lain saling mendukung sehingga menjadikan pelestarian bahan pustaka diberbagai Negara juga dilestarikan. Seperti Negara Indonesia, Amerika, dan Eropa. Negara-negara tersebut menjadi salah satu dari berbagai Negara di dunia yang berhasil melestarikan bahan pustaka secara maksimal. Hal tersebut di sebabkan karena kesadaran pustakawan disana lebih tinggi dari pada  pustakawan negara lain, serta fasilitas bahan pustaka disana sangat mendukung hal tersebut.

Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Tujuan pelestarian bahan pustaka dapat disimpulkan sebagai  penyelamatan nilai informasi dokumen, menyelamatkan fisik dokumen, mengatasi kendala kekurangan ruang, mempercepat perolehan informasi.







B. Rumusan Masalah

1.Apa itu bahan pustaka?

2.Bagaimana pelestarian bahan pustaka di berbagai negara?

3. Bagaimana pelestarian bahan pustaka di Indonesia, Amerika dan Eropa?



C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian bahan pustaka

2. Untuk mengetahui bagaimana pelestarian bahan pustaka di berbagai

Negara.

3.  Untuk mengetahui pelestarian bahan pustaka di Indonesia, Amerika

dan Eropa.




BAB II

PEMBAHASAN



a.       Pengertian bahan pustaka

Menurut Yulilia (1995: 3)  Bahan pustaka adalah kitab, buku”. Sedangkan menurut Bafadal (2001: 24) menyatakan ‘’bahwa bahan pustaka adalah salah satu koleksi perpustakaan yang berupa karya cetak seperti buku teks (buku pengunjung), buku fisik, dan buku referensi yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk di sajikan kepada pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi”. 

Bahan pustaka terdiri atas berbagai jenis dan bermacam sifat yang dimilikinya. Dari sejarahnya, manusia menggunakan berbagai medium untuk merekam hasil karya mereka. Bahan yang dipergunakan sesuai dengan pengetahuan manusia serta teknologi pada zamannya. Bahan pustaka yang lain ialah bahan non-buku yang juga disebut bahan audiovisual, media teknologi, alat peraga dan sebagainya. Materi bahan non-buku begitu bervariasi. Karena itu dalam memelihara bahan non-buku diperlukan berbagai keahlian dan keterampilan khusus. Kita harus memahami apa yang disebut dengan hardware atau perangkat keras dan software atau perangkat lunak. Harus kita fahami cara meng-operasikan peralatan, cara memperbaiki kalau ada kerusakan, dan bisa memeliharanya sehingga bahan-bahan tersebut awet dan lestari.



b.                  Pelestarian bahan pustaka di berbagai Negara

Keadaan Pelestarian Bahan Pustaka di Inggris

Tokoh kawakan Languell yang menerbitkan bukunya tahun 1957 memberikan gagasan tentang perlunya pelestarian bahan perpustakaan pada masa itu. Melalui diskusi dan pertemuan tahunan dari asosiasi perpustakaan di Inggris, mereka semakin yakin bahwa bagian pelestarian makin diperlukan. Dengan bukunya yang baru terbit tahun 1991 John Feather melukiskan bahwa kegiatan pelestarian bahan pustaka tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan manajemen koleksi perpustakaan. Buku ini semakin memberikan kepercayaan bagi pustakawan di Inggris, bahwa bagian pelestarian sangat diperlukan. Berbagai masalah yang mereka hadapi, misalnya tentang mahalnya buku dan terbatasnya anggaran perpustakaan mengharuskan pustakawan untuk berpaling kepada pelestarian.

Faktor pendukung yang ada di Inggris, misalnya lengkapnya jenis bahan kimia untuk menghilangkan berbagai musuh bahan pustaka, tersedianya pengusaha komersial dalam bidang penjilidan atau dalam bidang pelestarian, memberikan kesempatan kepada para pustakawan untuk memilih cara terbaik dalam pelestarian bahan pustaka yang sesuai dengan kondisi di tempat mereka. Banyaknya perpustakaan rujukan yang telah berhasil melakukan program pelestarian seperti The British Library atau Universitas Cambridge, merupakan tempat yang baik bagi para pustakawan di Inggris untuk belajar langsung ke lapangan.

Keadaan Pelestarian di USA

Banyaknya faktor pendukung menyebabkan sistem pelestarian di Amerika Serikat sangat maju. Faktor pendukung tersebut di antaranya, para pakar yang dengan rajin memberikan konsultasi dan menuliskan pengalaman mereka pada majalah profesional maupun dalam bentuk buku yang jelas dan mudah diikuti. Persaingan sehat antara para pakar menimbulkan gairah kerja bagi mereka para pustakawan bagian pelestarian. Faktor pendukung yang lain ialah adanya penyangga dana dari yayasan atau pemerintah federal untuk proyek atau program pelestarian yang baik.


Keadaan Pelestarian di Puerto Rico (Amerika Latin)

Iklim daerah tropis sangat tidak mendukung pelestarian bahan pustaka. Haydee Munoz Sola memberikan gambaran program pelestarian yang ada di kampus Medical Services University of Puerto Rico di Rico Piedras. Sebelum masuk kepada permasalahannya ia menceritakan sedikit tentang sejarah perpustakaan dan sejarah pelestarian. Iklim tropis dengan berbagai ciri-cirinya yang dapat merusakkan koleksi perpustakaan dan banyaknya kendala yang harus dihadapi oleh perpustakaan di daerah tropis termasuk kurangnya anggaran untuk menyelenggarakan program pelestarian. Kemudian ia menceritakan letak geografis Puerto Rico yang banyak bencana alam seperti badai, banjir, angin puyuh dan sebagainya.

 

c.       pelestarian bahan pustaka di Indonesia, Amerika dan Eropa

Pelestarian Bahan Pustaka di Indonesia

            Secara tradisional pelestarian bahan pustaka telah lama dilakukan di Indonesia. Seperti di kraton, para pujangga telah menyalin naskah lama ke naskah baru dengan menggunakan bahan tulis sederhana yaitu daun lontar. Ketika perpustakaan mulai berkembang, maka penjilidan buku dan majalah mulai dilakukan. Semakin berkembangnya teknologi informasi khususnya microfilm, maka mulai banyak bahan pustaka terbitan Indonesia yang dibuatkan microfilm. Proses alih bentuk ini banyak dibantu oleh lembaga asing terutama dalam bentuk peralatan, tenaga dan dana. Koleksi Perpustakaan Nasional terutama koleksi majalah dan surat kabar, juga dibuatkan microfilm sekaligus juga perbaikan pada bahan pustaka aslinya. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan bagian dari proyek pemerintah Indonesia serta mendapat bantuan pihak asing.

            Sekitar tahun 1970-an Koninlijk instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai memmbuat microfilm setiap buku yang dibeli oleh KITLV. Berbagai naskah di Sulawesi Selatan, dikenal dengan nama lontara dibuatkan microfilm dengan bantuan Australia. Naskah kuno yang terdapat di Kraton Mangkunegoro, Kasunanan (Surakarta), Kesultanan Yogya serta Pakualaman juga dibuatkan microfilm, dengan bantuan Rockefeller Foundation. The British Council juga membantu kegiatan pelestarian di Perpustakaan Nasional dengan menyediakan beasiswa serta konsultan. Tahun 1989 International Review team mengunjungi Perpustakaan Nasional Indonesia serta berbagai perpustakaan dan lembaga pendidikan dalam rangka kegiatan pelestarian dan pengawetan bahan pustaka

            Namun ternyata pelestarian dan pengawetan bahan pustaka memiliki banyak kendala, seperti;

1.        Kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia.

2.        Banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya pelestrian sehingga menyebabkan kurangnya dana, perhatian, dan fasilitas yang teredia.

3.        Praktek pelestarian di Indonesia selama ini masih banyak yang salah.

4.        Berbagai bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan di Indonesia tercetak dalam kertas yang beraneka ragam mutunya.

5.        Berbagai ruang perpustakaan tidak dirancang bangun yang sesuai dengan keperluan pelestarian dan pengawetan.

6.        Belum terdapat kebijakan pelestarian nasional.


B.   Pelestarian Bahan Pustaka di Inggris.

            Pelestarian, pengawetan, serta pemeliharaan bahan pustaka di Inggris sangat maju bahkan Inggris dapat dikatakan sebagai pelopor dalam pelestarian. Mereka menyadari bahwa harga buku lebih mahal dibandingkan dengan harga barang kebutuhan yang lain. The British Library memberikan pelopor dalam hal ini. Telah disusun bibliografi mengenai restorasi, penjilidan, pemeliharaan, pengawetan, yang sangat lengakap dan bermanfaat bagi yang memerlukan untuk memperdalam dalah bidang ini. Banyak pula terbitan bagus yang dikemas dalam bentuk yang menarik bahkan disertai gambar  sehingga lebih memperjelas. Salah satu buku yang membahas secara lengkap dan luas, ialah The Conservation of Book and Document, karya W.H. Languell, diterbitkan di London oleh Sir Essac Batman & Sons, 1957.

            Selain buku, dibuat juga video yang menjelaskan cara pengawetan dan pemeliharaan buku. Diantaranya yang dibuat oleh Douglas Fosket yang berjudul In you library. Literatur tersebut sangat berguna dalam menyebarkan gagasan baru serta memperkuat pengetahuan mengenai pelestarian dan pengawetan dokumen bagi para pustakawan di Inggris. Begitu pula kesadaran mereka tentang perlunya pengetahuan ini untuk perpustakaan makin kuat.

            Disamping tersedianya buku-buku atau artikel yang dapat dengan cepat menambah pengetahuan dan wawasan pustakawan di Inggris. Konferensi dan seminar banyak diadakan oleh organisasi profesi maupun lembaga-lembaga perpustakaan lainnya, sehingga pengetahuan dan pengalaman dari buku atau artikel majalah dapat dibandingkan dengan keadaan dan pengalaman di lapangan.

            Alat-alat untuk keperluan pelestarian tersedia di pasaran di Inggris, sehingga bagi perpustakaan yang akan menyelenggarakannya dapat dengan mudah didapat. Adanya jenis kertas laminasi yang mudah didapat, adanya bahan kimia, adanya peralatan untuk mengukur keasaman kertas dalam berbagai macam, adanya alat untuk mengukur cahaya, alat pengukur kelembaban, pengukur suhu, dan mesin penjilidan dipasaran sangat mendukung berkembangnya bidang ini.

            Pengusaha penjilidan komersil atau usaha komersil lainnya yang menyangkut keperluan pelestarian di Inggris sangat membantu perpustakaan untuk dapat menentukan pilihan mereka, kapan harus dikerjakan oleh lembaga komersil dan kapan dapat dikerjakan oleh perpustakaan.

C.   Pelestarian Bahan Pustaka di USA.

            Amerika Serikat memiliki lembaga yang paling banyak berkecimpung dalam bidang pelestarian bahan pustaka. The Library of Conggress adalah salah satu pelopor yang gigih dalam mengadakan pemeliharaan dan pengawetan. Disusul oleh perpustakaan The New York Public Library, Massachusetts Insitute of Thecnology (MIT) di Boston, The Newbery Public Library di Chicago, serta banyak perpustakaan lainnya. Selain itu juga ada asosiasi perpustakaan seperti ALA (American Library Association), SLA (Special Library Association), RTSD (Resources and Technical Services Division) memiliki seksi pemeliharaan bahan pustaka yang sudah aktif sejak 1983.

            Pendidikan untuk pemeliharaan bahan pustaka ini juga diadakan oleh berbagai sekolah perpustakaan, seperti:

1.        Columbia University School of Library Services. (saat ini telah ditutup)

2.        Simmons College.

3.        Chatolic University of America.

4.        University of California Los Angles.

5.        Wayne State University.

6.        Florida State University.

Serta masih banyak sekolah perpustakaan lain yang memberikan kuliah mengenai pelestarian bahan pustaka ini. Program yang diajarkan adalah bagaimana caranya memelihara bahan pustaka.

            The Library of Congress sering mengadakan seminar atau lokakarya yang mengusahakan untuk didirikannya sebuah National Preservation Program (NPP).  Sebuah konferensi yang diselenggarakan tanggal 16-17 Desember 1976 berlokasi di Whittall Pavillion, membahas tentang NPP di atas. Konferensi tersebut diikuti oleh berbagai petugas profesional seperti pustakawan, ahli kearsipan, pakar/dosen dan pegawai LC sendiri. Kesimpulan dari konferensi tersebut adalah bahwa dalam upaya pelestarian bahan dokumen dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya adalah;

1.      Aspek sosial yang menyangkut

            a.  Apa yang harus dilestarikan/diawetkan

            b.  Siapa yang melaksanakannya

            c.  Bagaimana melaksanakannya

       2.  Aspek teknis meliputi

            a.  Bagaimana cara melaksanakannya            b.  Bentuk atau materi yang akan dilestarikan

            Walaupun Amerika Serikat bukan pelopor pelestarian seperti Inggris, tetapi pelaksanaan program pelestarian menajadi lebih berkembang dan lebih maju daripada Inggris. Hal ini disebabkan beberapa faktor pendukung yang dimiliki Amerika Serikat, yaitu:

1.        Banyak pakar yang dapat bekerja sama satu sama lain demi meningkatkan mutu profesi.

2.        Asosiasi perpustakaan memberikan fasilitas untuk mempertemukan para pakar.

3.        Di Amerika banyak yayasan yang bersedia memberikan dana untuk program pelestarian atau pendidikan tenaga pelestarian yang dianggap bermanfaat.

4.        Banyak perpustakaan besar yang menyediakan atau mendirikan laboratorium untuk keperluan pelestarian.

5.        Banyak badan komersil yang dapat menunjang suksesnya program pelestarian disuatu perpustakaan.

6.        Tersedianya para konsultan yang siap untuk dimintai bantuan dengan bayaran yang tidak terlalu tinggi.

7.        Tidak kalah pentingnya, banyak tersebar karya-karya pakar berupa tulisan dalam majalah maupun buku yang berguna untu pustakawan lainnya.

D.   Pelestarian Bahan Pustaka di Iklim Tropik.

            Bahan pustaka di iklim tropik tidak terhindar dari bahaya yang sama seperti pada iklim lain, bahaya itu meningkat dengan terlalu banyaknya panas dan kelembaban dari iklim tropik serta cara menangani serangga daerah tropik. Perhatian khusus harus diberikan kepada keadaan sekitar (lingkungan) dan pengawasan terhadap hama dan serangga pada iklim tropik.

            Kenyataan bahwa banyak negara-negara dengan iklim tropik, juga negara-negara berkembang, memberikan tambahan perhatian terhadap pelestarian bahan pustaka, namun dana untuk perpustakaan yang diharapakan tidak ada. Pada negara berkembang dana untuk perpustakaan tidak ada prioritas, oleh karena anggaran agaknya diberikan untuk pelayanan yang utama bagi pemerintah.

Puerto Rico

            Lokasinya berada ditengah-tengah gugusan kepualauan Autilles dan ada paling kanan Laut Caribea. Puerto Rico memiliki iklim yang sangat panas dan lembab. Letak geografisnya juga mudah mendapatkan kecelakaan badai dan angin ribut.

            Pada awalnya, perpustakaan-perpustakaan yang ada di Puerto Rico telah musnah oleh api pada waktu pemberontakan Indian tahun 1513, dan serangan-serangan yang menentang Puerto Rico oleh musuh-musuh dari Spanyol.Sekalipun tidak ada yang berbuat dengan koleksi-koleksi bahan pustakamenggantikan bangunan-bangunan kayu sebelumnya, untuk melindungi bahan- bahan pustaka dari badai, topan, api dan penyakit daerah tropis seperti ngengat.Penggunaan AC dapat membantu untuk mengontrol panas dan kelembaban yangtinggi, fumigasi yang teratur juga dapat membasmi kecoa dan serangga lainnya. Dengan fumigasi yang khusus pada seluruh bangunan perpustakaan atau dariseleksi buku-buku dalam ruangan adalah juga aktifitas yang terus menerus untuk mengontrol rayap-rayap atau jamur dalam perpustakaan di Puerto Rico.

            Kontruksi bangunan kayu digantikan dengan semen untuk melindungi bahan pustaka dari badai, api, serta ngengat. Penggunaan AC dapat membantu untuk mengontrol panas dan kelembaban yang tinggi. Fumigasi yang teratur dan secara khusus berguna untuk membasmi rayap-rayap. Tindakan-tindakan tersebut sangat membantu pada iklim tropis, tetapi persetujuan dengan Helmut Bansa dikatakan bahwa problem dasar dalam pemeliharaan bahan-bahan pustaka pada daerah tropis dan sub-tropis tidak membuat perubahan yang fundamental dengan pengawetan atau perbaikan.

            Dalam masyarakat kita perpustakaan memiliki dua peranan yang bertentangan yaitu, penyebaran informasi, pengetahuan dan pelestarian informasi melalui pelestarian bahan terekam diperpustakaan. Di daerah tropis masalah pelestarian harus lebih diintensifkan sebab banyak panas, ketinggian tingkat kelembaban, insek dari daerah tropis, dan alasan lain misalnya tidak cukup dana untuk mengembangkan koleksi dalam menyelenggarakan program pelestarian.

            Perlunya penelitian selanjutnya dalam bidang pelestarian di daerah tropis tampak dengan jelas. Penelitian dengan keadaan khusus dan masalah khusus untuk daerah tropis sangat diharapkan untuk sumbangan dunia pelestarian saat ini dan seterusnya. Lagi pula diperlukan komunikasi dan kerja sama antara para pustakawan yang bergerak dalam bidang pelestarian di daerah tropis maupun sub-tropis. Hal ini akan membawa kita kepada hubungan yang lebih dekat untuk memecahkan masalah yang paling diperlukan yaitu kerja sama dan rencana yang terkoordinasi dalam pelestarian bahan pustaka di daerah tropis.







Daftar Pustaka

Basuki, Sulistyo.1991.Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Martoatmodjo, Karmidi.1997.Pelestarian Bahan Pustaka.Jakarta:Multi Wijaya.