Monday, March 27, 2017

Pembahasan Tentang Macam Macam Tauhid





Macam - Macam Tauhid

TAUHID DZAT   

Tauhid Dzat berarti  Tuhan itu satu dan tidak ada yang serupa dan semisal dengan-Nya. Sesuatu tidak serupa dengan-Nya, dan juga Ia tidak serupa dengan sesuatu, sebab Dia adalah Satu Wujud Sempurna yang diluar akal manusia.

Didalam Quran memang tidak ada spesifikasi yang menerangkan tentang wujud Allah Swt yang sering kita dengar “Allah swt adalah Dzat” .Mungkin di karenakan sebagian besar manusia tidak ada yang bisa bertemu dengan Tuhan maka dari itu tidak ada manusia yang bisa menjabarkan bagaimana bentuk dan rupa Tuhan. Begitu juga dengan muslim, bahkan nabi Muhamad saw pun yang merupakan utusan Allah tidak bisa menjelaskan maksud dari Dzat Allah Swt.

Ada muslim yang memberikan pendapat (salah satu contoh jawaban seorang muslim) “Dzat itu hanya kata ganti untuk Allah, karena berdasarkan sifat Allah bahwa tidak ada yg menyerupai-NYA, maka jelas kata ganti itu bukan kata ganti manusia, hewan, benda-benda, zat-zat dsb… sebut aja dgn sebutan DZAT. Dzat itu suatu kosa kata dari bahasa Arab yg belum ada padanan katanya dalam bhs Indonesia. tapi DZAT bisa diartikan dgn ‘SESUATU'( pake tanda petik).

Arena apabila terjadi persamaan antara sifat yang dimiliki oleh Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah, maka sifat tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa dipersandingkan dengan apapun sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Quran :
” dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.” ( QS : 112 : Surat : Al Ikhlash Ayat 04)


TAUHID MULKIYAH

Tauhid mulkiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya di akhirat. Caranya adalah menetapkan keesaan Allah dalam kekuasaan-Nya di akhirat kelak, terutama kekuasaan-Nya dalam menegakkan hari akhir, menyelesaikan segala urusan, menegakkan keadilan dan membalas semua perbuatan.

Tanda seseorang beriman kepada tauhid mulkiyah adalah ikhlas mengharapkan ampunan dan balasan hanya kepada Allah. Sebab tidak ada yang dapat memberikan kebaikan dan keselamatan di akhirat kecuali Allah. Serta tidak ada satupun makhluk yang mampu memberi pertolongan tanpa izin dari-Nya.

Adapun tauhid mulkiyah diantaranya mencakup :
·       -  Menegakkan dan menguasai hari pembalasan
-Tidak ada keraguan bahwa Allah akan menegakkan hari kiamat, memusnahkan dunia dan membangkitkan kembali manusia.
·         -Menyelesaikan semua urusan
-Tentang keesaan Allah dalam hal kembalinya segala urusan untuk diputuskan.
·        -Menegakkan keadilan, membuat perhitungan dan membalas semua perbuatan
-Tentang keesaan Allah dalam memberi hukuman dan perhitungan.



TAUHID RUBUBIYAH

Tauhid Rububiyah adalah kata yang dinasabkan kepada salah satu nama Allah SWT yaitu “Robb”. Secaraetimologi kata “Robb” sebenarnya mempunyai banyak arti,antara lain menumbuhkan, mengendalikan, mendidik,memelihara, mngumpulkan, memiliki, memimpin dll.

Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala perbuatanNya, yang terangkum dalam QS.Ali Imran : 26-27 yaitu :

1.      Allah sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Allah menciptakan segala sesuatu …” [Az-Zumar: 62]

2.      Allah adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, …” [Hud : 6]

3.      Allah adalah Penguasa alam, Pengatur semesta, Pengatur rotasi siang dan malam.

4.      Allah yang memuliakan dan menghinakan

5.      Allah yang menghidupkan dan Yang mematikan


            Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyah-Nya. Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya.
 
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa alaihis salam kepadanya:
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa”. [Al-Isra': 102]

Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati
mereka meyakini (kebenaran) nya.” [An-Naml: 14]

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena ke-sombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya.



TAUHID ULUHIYAH

Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah.

Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah. Hakikat tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya, dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun di atas landasan cinta dan pengagungan kepada-Nya.

Tauhid uluhiyah merupakan intisari ajaran Islam. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul dan muatan pokok seluruh kitab suci yang diturunkan Allah ke muka bumi.

Dalil Tauhid Uluhiyah Allah

Allah berfirman
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.”
— QS. Surah Al-Fatihah: 5

Rasulullah telah membimbing Ibnu Abbas r.a dengan sabda dia:
“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.”
—  (HR. Tirmidzi)

Penjelasan Dalil
Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.

Rasulullah bersabda:
“Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.”
— HR. Muslim dari Anas bin Malik r.a

TAUHID ASMA WA SIFAT

Secara istilah syariat, tauhid asma Wa sifat adalah pengakuan seorang hamba tentang nama dan sifat Allah, yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya ataupun dalam sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa melakukan empat hal berikut:

1.      Tahrif (menyimpangkan makna)
yaitu mengubah atau mengganti makna yang ada pada nama dan sifat Allah, tanpa dalil. Misalnya: Sifat Allah marah, diganti maknanya menjadi keinginan untuk menghukum, sifat  Allah istiwa (bersemayam), diselewengkan menjadi istaula (menguasai), Tangan Allah, disimpangkan maknanya menjadi kekuasaan dan nikmat Allah.

2.      Ta’thil (menolak)
Yaitu menolak penetapan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil. Baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian.

3.      Takyif (membahas bagaimana bentuk dan hakikat nama dan sifat Allah)
yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah.

4.       Tamtsil (menyamakan Allah dengan makhluk-Nya)

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy-Syuura: 11)

Yang perlu kita imani adalah Allah memiliki sifat yang bermacam-macam dan Allah maha sempurna dengan segala sifat yang dimiliki-Nya.Dan untuk mengimani sesuatu tidaklah mengharuskan kita harus mengetahui hakikat zat tersebut. Sebagai contoh, kita meyakini adanya roh (nyawa) walaupun kita tidak pernah mengetahi bentuk dan hakikat dari roh tersebut. Padahal roh adalah sesuatu yang sangat dekat dengan manusia namun akal kita tidak pernah mampu mengetahui bentuk dan hakikatnya.

Termasuk larangan dalam hal ini adalah membayangkan bagaimana bentuk dan hakikat sifat Allah, karena akan membuka pada penyimpangan lainnya, yaitu penyerupaan dengan makhluk. Yang perlu diluruskan adalah, larangan untuk mengetahui bentuk dan hakikat dari sifat-sifat Allah bukan berarti meniadakan adanya bentuk dan hakikat dari sifat-sifat Allah. hakikat sifat Allah tetaplah ada dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.




DAFTAR PUSTAKA

Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc . Kitab Tauhid edisi 1. Darul Haq. Jakarta : 2011. Hlm 17-139
http://kapanpunbisa.blogspot.com/2011/11/tauhid-rububiyah.html. Diakses Kamis, 9 Maret 2017 pukul 21:05.
https://yufidia.com/2221-tauhid-asma-wa-sifat.html. kamis 9 Maret 2017 pukul 21:14


Repost? Copas? Cantumkan Sumber! Thankyou :)

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa vote Blog ini yaa guys :) Thankyou