Macam - Macam Tauhid
TAUHID DZAT
Tauhid Dzat berarti Tuhan itu satu
dan tidak ada yang serupa dan semisal dengan-Nya. Sesuatu tidak serupa
dengan-Nya, dan juga Ia tidak serupa dengan sesuatu, sebab Dia adalah Satu
Wujud Sempurna yang diluar akal manusia.
Didalam Quran memang tidak ada
spesifikasi yang menerangkan tentang wujud Allah Swt yang sering kita dengar
“Allah swt adalah Dzat” .Mungkin di karenakan sebagian besar manusia tidak ada
yang bisa bertemu dengan Tuhan maka dari itu tidak ada manusia yang bisa
menjabarkan bagaimana bentuk dan rupa Tuhan. Begitu juga dengan muslim, bahkan
nabi Muhamad saw pun yang merupakan utusan Allah tidak bisa menjelaskan maksud
dari Dzat Allah Swt.
Ada muslim yang memberikan pendapat (salah satu contoh
jawaban seorang muslim) “Dzat itu hanya kata ganti untuk Allah, karena
berdasarkan sifat Allah bahwa tidak ada yg menyerupai-NYA, maka jelas kata
ganti itu bukan kata ganti manusia, hewan, benda-benda, zat-zat dsb… sebut aja
dgn sebutan DZAT. Dzat itu suatu kosa kata dari bahasa Arab yg belum ada
padanan katanya dalam bhs Indonesia. tapi DZAT bisa diartikan dgn ‘SESUATU'(
pake tanda petik).
Arena apabila terjadi persamaan antara sifat yang
dimiliki oleh Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah, maka sifat
tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa dipersandingkan dengan
apapun sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Quran :
” dan tidak ada sesuatupun yang
setara dengan Dia.” ( QS :
112 : Surat : Al Ikhlash Ayat 04)
TAUHID MULKIYAH
Tauhid mulkiyah adalah mengesakan
Allah dalam segala perbuatan-Nya di akhirat. Caranya adalah menetapkan keesaan
Allah dalam kekuasaan-Nya di akhirat kelak, terutama kekuasaan-Nya dalam
menegakkan hari akhir, menyelesaikan segala urusan, menegakkan keadilan dan
membalas semua perbuatan.
Tanda seseorang beriman kepada
tauhid mulkiyah adalah ikhlas mengharapkan ampunan dan balasan hanya kepada
Allah. Sebab tidak ada yang dapat memberikan kebaikan dan keselamatan di
akhirat kecuali Allah. Serta tidak ada satupun makhluk yang mampu memberi
pertolongan tanpa izin dari-Nya.
Adapun tauhid mulkiyah diantaranya mencakup :
· -
Menegakkan dan menguasai hari pembalasan
-Tidak ada keraguan bahwa Allah
akan menegakkan hari kiamat, memusnahkan dunia dan membangkitkan kembali
manusia.
·
-Menyelesaikan semua urusan
-Tentang keesaan Allah dalam hal
kembalinya segala urusan untuk diputuskan.
· -Menegakkan keadilan, membuat perhitungan dan
membalas semua perbuatan
-Tentang keesaan Allah dalam
memberi hukuman dan perhitungan.
TAUHID RUBUBIYAH
Tauhid Rububiyah adalah kata yang dinasabkan
kepada salah satu nama Allah SWT yaitu “Robb”. Secaraetimologi kata “Robb”
sebenarnya mempunyai banyak arti,antara lain menumbuhkan, mengendalikan,
mendidik,memelihara, mngumpulkan, memiliki, memimpin dll.
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam segala perbuatanNya, yang terangkum dalam QS.Ali Imran : 26-27 yaitu :
1. Allah sendiri yang menciptakan
segenap makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Allah menciptakan
segala sesuatu …” [Az-Zumar:
62]
2. Allah adalah Pemberi rizki bagi
setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
“Dan tidak
ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya,
…” [Hud : 6]
3. Allah adalah Penguasa alam, Pengatur
semesta, Pengatur rotasi siang dan malam.
4. Allah yang memuliakan dan
menghinakan
5. Allah yang menghidupkan dan Yang
mematikan
Allah menciptakan semua
makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang
musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan
rububiyah-Nya. Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana
pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk
mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya.
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya
adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana
perkataan Musa alaihis salam kepadanya:
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui,
bahwa tiada yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara
langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira
kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa”. [Al-Isra': 102]
Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan
kesombongan (mereka) padahal hati
mereka meyakini (kebenaran) nya.” [An-Naml: 14]
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis.
Mereka hanya menampakkan keingkaran karena ke-sombongannya. Akan tetapi pada
hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk
pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang
membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang
mempengaruhinya.
TAUHID ULUHIYAH
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk
peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap,
menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah
diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Memperuntukkan
satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan dzalim yang besar di
sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah.
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah merupakan
konsekuensi dari tauhid rububiyah. Hakikat tauhid uluhiyah adalah mengesakan
Allah dalam beribadah. Menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya, dan
meninggalkan sesembahan selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun di atas
landasan cinta dan pengagungan kepada-Nya.
Tauhid uluhiyah merupakan
intisari ajaran Islam. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi
intisari dakwah para nabi dan rasul dan muatan pokok seluruh kitab suci yang
diturunkan Allah ke muka bumi.
Dalil Tauhid Uluhiyah Allah
Allah
berfirman
“Hanya
kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.”
“Dan apabila
kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta
tolonglah kepada Allah.”
— (HR.
Tirmidzi)
Penjelasan Dalil
Dengan
ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan
tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada
selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.
Rasulullah
bersabda:
“Allah
berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya
kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah
kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah
menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang
rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.”
TAUHID ASMA WA SIFAT
Secara istilah syariat, tauhid
asma Wa sifat adalah pengakuan seorang hamba tentang nama dan sifat Allah, yang
telah Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya ataupun dalam sunnah Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa melakukan empat hal berikut:
1.
Tahrif (menyimpangkan makna)
yaitu mengubah atau mengganti
makna yang ada pada nama dan sifat Allah, tanpa dalil. Misalnya: Sifat Allah
marah, diganti maknanya menjadi keinginan untuk menghukum, sifat Allah istiwa (bersemayam), diselewengkan
menjadi istaula (menguasai), Tangan Allah, disimpangkan maknanya menjadi
kekuasaan dan nikmat Allah.
2.
Ta’thil (menolak)
Yaitu menolak penetapan nama dan
sifat Allah yang disebutkan dalam dalil. Baik secara keseluruhan maupun hanya
sebagian.
3.
Takyif (membahas bagaimana bentuk dan hakikat nama
dan sifat Allah)
yaitu menggambarkan bagaimanakah
hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah.
4.
Tamtsil
(menyamakan Allah dengan makhluk-Nya)
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ
السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy-Syuura: 11)
Yang perlu kita imani adalah Allah memiliki sifat
yang bermacam-macam dan Allah maha sempurna dengan segala sifat yang
dimiliki-Nya.Dan untuk mengimani sesuatu tidaklah mengharuskan kita harus
mengetahui hakikat zat tersebut. Sebagai contoh, kita meyakini adanya roh
(nyawa) walaupun kita tidak pernah mengetahi bentuk dan hakikat dari roh
tersebut. Padahal roh adalah sesuatu yang sangat dekat dengan manusia namun
akal kita tidak pernah mampu mengetahui bentuk dan hakikatnya.
Termasuk larangan dalam hal ini adalah membayangkan
bagaimana bentuk dan hakikat sifat Allah, karena akan membuka pada penyimpangan
lainnya, yaitu penyerupaan dengan makhluk. Yang perlu diluruskan adalah,
larangan untuk mengetahui bentuk dan hakikat dari sifat-sifat Allah bukan
berarti meniadakan adanya bentuk dan hakikat dari sifat-sifat Allah. hakikat
sifat Allah tetaplah ada dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://faisalchoir.blogspot.co.id/2011/05/tauhid-rububiyah-uluhiyyah-dan-asma.html.
Diakses Kamis, 2 Maret 2017 pukul 11:21
Syaikh DR.
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc
. Kitab Tauhid edisi 1. Darul Haq. Jakarta : 2011. Hlm 17-139
http://kapanpunbisa.blogspot.com/2011/11/tauhid-rububiyah.html. Diakses
Kamis, 9 Maret 2017 pukul 21:05.
https://yufidia.com/2221-tauhid-asma-wa-sifat.html.
kamis 9 Maret 2017 pukul 21:14
Repost? Copas? Cantumkan Sumber! Thankyou :)