Friday, November 25, 2016

Contoh Karya Tulis Lengkap Untuk Jenjang SMA Yang Berjudul Tinjauan Historis Masuknya Agama Islam di Pulau Jawa



Hellooo...

Kita berjumpa lagi yaa.. Kali ini aku akan men-share karya tulis diriku saat duduk di Bangku SMA kelas XII yang digunakan sebagai syarat mengikuti UAS :)

Langsung saja yaa, semoga postingan ku kali ini bisa membantu kalian semua yaa terutama adik-adik SMA yg akan mengikuti UAS...

Check it out!

Note :
Untuk bagian Depan seperti Cover,Halaman Pengesahan,Persembahan,Daftar isi,dll bisa di download dibawah ini  :)
https://drive.google.com/open?id=0B2IT85CY9oDOdXk5b0xZZEwyQlU

Bagian isi :

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1                      Latar Belakang Masalah
      Islam merupakan agama terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Diera globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya para pelajar yang acuh tak acuh dengan Sejarah Negara, apalagi Sejarah Peradaban Islam. Dewasa ini mereka hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk didengar. Padahal, Sejarah Peradaban Islam itu sangat penting bagi kita semua.

      Peradaban dan perkembangan Islam sendiri di Indonesia sangatlah pesat terutama di Pulau Jawa. Pulau Jawa sendiri merupakan sentral dari segala aktivitas manusia di berbagai bidang di Indonesia. Sehingga membuat peradaban islam di Pulau Jawa sangat pesat dan cepat.

      Selain itu, karena proses sebelum dan sesudah masuknya agama Islam di Pulau Jawa yang menarik untuk dipelajari. Merupakan salah satu hal yang mendorong penulis untuk membahas tentang “Tinjauan Historis Masuknya Agama Islam di Pulau Jawa”

1.2                      Tujuan Penulisan
     Adapun tujuan penulisan karya tulis ini yaitu :
1.2.1  Tujuan Objektif
           Penyusunan karya tulis ini adalah penulis ingin berbagi pengetahuan dengan harapan pembaca dapat memperoleh informasi tentang sejarah awal mula masuknya Agama Islam di Pulau Jawa. Sehingga pembaca dapat menambah serta meningkatkan wawasan dibidang sejarah.

1.2.2  Tujuan Subjektif
          Penyusunan karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAN/UAS Tahun Ajaran 2015/2016 pada SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.


1.3         Pembatasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, Penulis memberikan batasan masalah yaitu Teori-Teori Tentang Proses Masuk Dan Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa.


1.4     Metode Pembahasan
Metode yang dilakukan untuk penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.4.1  Metode Study Pustaka
        Dalam menunjang kelengkapan isi, penulis memperoleh data dari buku-buku yang ada hubungannya dengan Sejarah Perkembangan Agama Islam.
1.4.2  Metode Browsing
        Dalam melengkapi kekurangan isi, penulis melakukan kegiatan browsing pada situs-situs internet yang erat kaitannya dengan Sejarah Pekembangan Agama Islam.

1.5     Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Objektif
1.2.2 Tujuan Subjektif
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Metode Pembahasan
1.4.1 Metode Study Pustaka
1.4.2 Metode Browsing
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Lahirnya Agama Islam
2.2 Kondisi Masyarakat Jawa Sebelum Kedatangan Islam
2.2.1 Jawa Pra Hindu-Buddha
2.2.2 Jawa Masa Hindu-Buddha
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Saluran-Saluran Islamisasi di Pulau Jawa
3.1.1 Saluran Perdagangan
3.1.2 Saluran Perkawinan
3.1.3 Saluran Tasawuf
3.1.4 Saluran Pendidikan
3.1.5 Saluran Seni Budaya
3.1.6 Saluran Dakwah
3.2 Bukti-Bukti Peninggalan Islam di Pulau Jawa
3.2.1 Kerajaan-Kerajaan Islam
3.2.2 Bangunan Masjid
3.2.3 Makam dan Batu Nisan
3.2.4 Karya Sastra
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1     Sejarah Lahirnya Agama Islam
            Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada Rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi. Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi). Ia dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala. Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih berada di dalam kandungan ibunya.
            Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib. Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.
            Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.
            Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan kalender Islam. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang Anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan Muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat Islam.
            Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah. Keunggulan diplomasi Nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.

2.2   Kondisi Masyarakat Jawa Sebelum Kedatangan Islam
                2.2.1  Jawa Pra Hindu-Buddha
            Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah heterogen. Baik kepercayaan impor maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa. Sebelum Hindu dan Buddha, masyarakat Jawa Prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.
            Di samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati, dan mendapat perlakuan istimewa.

      2.2.2 Jawa Masa Hindu-Buddha
            Pengaruh Hindu-Buddha dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh terhadap sistem agama.
            Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Buddha bersifat terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu baik, maka sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat).
            Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham menyatakan :
            Dalam kerajaan tradisional, agama dijadikan sebagai bentuk legitimasi. Pada zaman Hindu-Buddha diperkenalkan konsep dewa raja atau raja titisan dewa. Ini berarti bahwa rakyat harus tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat. Agama diintegrasikan ke dalam kepentingan kerajaan/kekuasaan. Kebudayaan berkisar pada raja, tahta dan keraton. Raja dan kehidupan keraton adalah puncak peradaban pada masa itu.
            Di pulau Jawa terdapat tiga buah kerajaan masa Hindu Buddha, kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu aktivitas masyarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1     Saluran-Saluran Islamisasi Di Pulau Jawa

3.1.1 Saluran Perdagangan
            Pedagang-pedagang muslim yang melalui perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke-7 sampai abad ke-16, yaitu antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, dan Cina banyak menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Di perkampungan itu, ada beberapa orang yang melakukan proses islamisasi yang dibantu para pedagang muslim untuk lebih mengenal Islam. Mereka tertarik masuk Islam karena mereka melihat bahwa Islam tidak memaksa atau merepotkan penduduk non muslim untuk mengikuti ajaran Islam. Mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan penduduk non muslim tanpa adanya perpecahan atau kekerasan. Proses itu dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan dimana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah pusat.
3.1.2 Saluran Perkawinan
            Para pedagang yang sudah menetap itu kedudukan ekonomi dan sosialnya semakin baik. Ia menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian mengawini gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara ini pun tidak mengalami kesulitan. Saluran Islamisasi lewat perkawinan ini lebih menguntungkan lagi apabila saudagar atau ulama Islam berhasil mengawini anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati itu sudah Islam maka rakyatnya akan mudah untuk diIslamkan. Misalnya : perkawinan Maulana Iskhah dengan putri raja Blambangan melahirkan Sunan Giri.
3.1.3 Ajaran Tasawuf
            Tasawuf adalah ajaran Ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang magis. Karena itu para ahli tasawuf ini biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Kedatangan ahli-ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama Islam.
            Bersamaan dengan perkembangan tasawuf ini maka dalam mengajarkan agama Islam disesuaikan dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu Budha, sehingga mudah untuk dimengerti. Itulah sebabnya maka orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
3.1.4 Saluran Pendidikan
            Lembaga pendidikan yang paling tua adalah pondok pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok pesantren semacam asrama dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Yang mengajar adalah guru-guru agama (kyai dan ulama). Para santri itu jika sudah tamat lalu pulang ke daerah asalnya dan menjadi tokoh keagamaan yang juga terus mengajarkan ilmunya kepada masyarakat disekitarnya.
            Dengan cara ini Islam terus berkembang memasuki daerah-daerah yang terpencil. Pondok pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa antara lain : Pondok Ampel Denta di Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), Pondok Sunan Giri dimana santrinya banyak yang berasal dari Maluku (daerah Hitu). Sedangkan raja-raja dan keluarganya, kaum bangsawan, biasanya juga mendatangkan kyai atau ulama untuk menjadi guru dan penasihat agama.
3.1.5 Saluran Seni Budaya
            Misalnya seni bangun (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan sastra. Dalam seni bangunan masjid, mimbar, ukir-ukirannya masih menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia-Hindu seperti yang terdapat pada candi-candi Hindu atau Budha. Hal yang demikian dapat dijumpai di masjid-masjid kuno Demak, Sendang Duwur, Agung Kasepuhan (Cirebon), Masjid Agung Banten, dan sebagainya. Juga adanya pintu gerbang pada keraton-keraton Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk candi bentar, kori agung. Begitu pula nisan kubur-kubur kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban, dan Madura. Semua menunjukkan budaya sebelum Islam.
            Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah ada, tetapi justru ikut memeliharanya.
Misalnya dalam perayaan Grebeg Maulud (Sekaten) di Yogyakarta, Surabaya, dan Cirebon. Juga lewat pertunjukan wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi lewat sastra ditempuh dengan cara menyalin buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa pergaulan (melayu).

3.1.6 Saluran Dakwah
            Penyebaran Islam tidak dapat di lepaskan dari peranan para Wali. Ada Sembilan Wali yang menyebarkan Islam dengan cara berdakwah, yang disebut juga Walisongo. Mereka dikenal telah memiliki Ilmu serta penghayatan yang tinggi terhadap Agama Islam. Berikut adalah para Walisongo.
1.      sunan gresik.jpgSunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
                                                       
                                   

                 
                                    Gambar 1.1 Sunan Gresik
            Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Tandhes atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14.
            Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul masyarakat, terutama golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Maulana Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

2.      Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)


Sunan gunung jati.jpg
 


           


                                    Gambar 1.2 Sunan Gunung Jati

            Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
3.      Sunan Ampel (Raden Rahmat)
sunan ampel.jpg 

           


                                          
                                    Gambar 1.3 Sunan Ampel
           
            Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming.

4.      sunan_giri.jpegSunan Giri (Raden Paku / Ainul Yaqien)


           

                                    Gambar 1.4 Sunan Giri
            Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.

5.      sunanbonang.jpgSunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)


           
           
                                    Gambar 1.5 Sunan Bonang
           
            Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah Suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang.

6.      sunan_kudus.jpgSunan Kudus (Raden Ja'far Sodik)




                                    Gambar 1.6 Sunan Kudus

            Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.

7.      Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Sunan Kalijaga.jpg 





                                    Gambar 1.7 Sunan Kalijaga
            Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya

8.      sunan-muria.jpgSunan Muria (Raden Umar Said)



           
                                    Gambar 1.8 Sunan Muria

            Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.



9.      Sunan Drajat (Raden Qasim Syarifuddin)


sunan drajat.jpg
 



           

                                    Gambar 1.9 Sunan Drajat

            Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit.


3.2 Bukti – Bukti Peninggalan Islam di Pulau Jawa
3.2.1 Kerajaan-Kerajaan Islam
            Dengan masuknya Islam ke Indonesia telah melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa sendiri kerajaan-kerajaan bercorak Islam kurang lebih ada lima kerajaan yaitu Kerajaan Demak, Banten , Mataram Islam, Cirebon dan Pajang.
A. Kerajaan Demak (1500-1586)
            Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur beberapa waktu sebelumnya. Menurut sumber sejarah lokal di Jawa, keruntuhan Majapahit terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400 Saka.
            Raja pertama kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500- 1518 M. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah merupakan keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit,  yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden Fatah, kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan maritim karena letaknya di jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu Kerajaan Demak disebut juga sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim.
B. Kerajaan Banten (1526-1813)
            Kerajaan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
            Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
            Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
C. Kerajaan Mataram Islam (1586-1755)
            Kerajaan Mataram Islam adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
            Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
D. Kerajaan Cirebon (1579-1677)
            Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
E. Kerajaan Pajang (1549-1618)
            Kerajaan Pajang adalah satu kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keratonnya pada zaman ini tinggal tersisa berupa batas-batas fondasinya saja yang berada di perbatasan Kelurahan Pajang - Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

3.2.2 Bangunan Masjid
            Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Biasanya masjid-masjid kuno di daerah Jawa didirikan di sebelah barat alun-alun dekat keraton. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama makhluk Allah. Masjid peninggalan sejarah di Pulau Jawa, antara lain sebagai berikut.
Masjid_demak.jpg1. Masjid Agung Demak (Demak)



                        Gambar 2.0 Masjid Agung Demak

masjid surakarta.jpg2. Masjid Agung Surakarta (Solo)



                        Gambar 2.1 Masjid Agung Surakarta


masjid kudus.jpg3. Masjid Kudus (Kudus)




                                    Gambar 2.2 Masjid Kudus

masjid kesepuhan cirebon.jpg4. Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon)




                          Gambar 2.3 Masjid Agung Kesepuhan




Masjid Sunan Ampel.jpg5. Masjid Sunan Ampel (Surabaya)




                        Gambar 2.4 Masjid Sunan Ampel
Masjid agung banten.jpg6. Masjid Agung Banten (Banten)




                        Gambar 2.5 Masjid Agung Banten
masijd sendang duwur.jpg7. Masjid Sendang Duwur (Tuban)



                        Gambar 2.6 Masjid Sendang Duwur
Masjid Agung Yogya.jpg8. Masjid Agung Yogyakarta (Yogyakarta)




                        Gambar 2.7 Masjid Agung Yogyakarta

Masjid mantingan.jpg9. Masjid Mantingan (Jepara)




                        Gambar 2.8 Masjid Mantingan

3.2.3 Makam Dan Batu Nisan
            Nisan merupakan sebuah bentuk bangunan sebagai penanda dimakamkannya jenazah seseorang. Adapun beberapa batu nisan peninggalan sejarah Islam di Pulau Jawa sebagai berikut.
nisan leran.jpg1. Batu Nisan Leran / Fatimah Binti Ma’imun




                        Gambar 2.9 Batu Nisan Fatimah Binti Ma’imun
            Batu Nisan Leran dibuat pada tahun 1082 M. Pada batu nisan tersebut terdapat tulisan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Dari tulisan tersebut dapat diketahui bahwa batu nisan tersebut dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam bernama Fatimah binti Ma'imun. Batu Nisan Leran terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur.

2. Batu Nisan Dan Makam Maulana Malik Ibrahim


makam maulana malik ibrahim.jpg
 




                        Gambar 3.0 Batu Nisan Dan Makam Maulana Malik Ibrahim
            Batu nisan ini didirikan di atas makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa TImur. Selain itu, terdapat beberapa makam peninggalan sejarah Islam di Pulau Jawa sebagai berikut.
makam sunan gunung djati.jpga. Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon (Jawa Barat) 




                        Gambar 3.1 Makam Sunan Gunung Jati
makam sunan tembayat.jpgb. Makam Sunan Tembayat di Klaten  (Jawa Tengah)



                       
                        Gambar 3.2 Makam Sunan Tembayat



makam troloyo.jpgc. Makam Troloyo di Mojokerto (Jawa Timur)



                        Gambar 3.3 Makam Troloyo
makam imogiri yogyakarta.jpgd. Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri (Yogyakarta)




                  Gambar 3.4 Makam Raja-Raja Mataram
makam sunan bonang.jpge. Makam Sunan Bonang di Tuban (Jawa Timur)




                        Gambar 3.5 Makam Sunan Bonang
3.2.4 Karya Sastra
            Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Dan pada zaman kerajaan Islam di jawa terdapat beberapa peninggalan berupa karya sastra sebagai berikut.
naskah BANTEN.jpg1. Sajarah Banten, umumnya menceritakan riwayat raja-raja Banten, raja-raja Demak yang berkaiatan dengan para penguasa Jepara, kisah para sunan dan wali Islam. Sajarah Banten, di antaranya, menulis Ki Dilah dari Palembang yang pernah membangkang terhadap Majapahit dua kali, lalu Pati Unus sebagai penguasa Demak diperintah untuk menundukkan Ki Dilah dan berhasil. Menurut Sajarah Banten, Sunan Giri dan Bonang pernah belajar Islam di Samudera Pasai.




                                    Gambar 3.6 Sastra Sejarah Banten
2. Hikayat Hasanuddin, isinya lebih pendek dari Sajarah Banten, memuat riwayat raja-raja Banten, Demak, Sunan Gunung Jati, serta nama-nama imam di Mesjid Demak.
3. Serat Kandha, ditulis pada abad ke-18 yang bersumber dari karya-karya penulis pesisir utara Jawa abad ke-16 dan 17, memuat kehidupan Sultan Trenggana Demak.
buku babad mataram.jpg4. Babad Mataram, merupakan ringkasan Serat Kandha, ditulis pada abad ke-18 juga, keduanya menceritakan riwayat keluarga Mataram.




                                    Gambar 3.7 Sastra Babad Mataram
5. Babad Sangkala, memuat daftar-daftar tarikh (tahun) yang lumayan komplit tentang peristiwa-peristiwa sejarah pada masanya.
6. Sajarah Dalem, berisi silsilah keluarga raja Mataram-Islam yang disusun di Surakarta (Solo) pada abad ke-19, di dalamnya terdapat pula daftar generasi yang lebih tua dari raja-raja Mataram.
7. Babad Pasir, berasal dari pedalaman Banyumas, memuat seputar islamisasi di Jawa Tengah dan Timur yang kebenarannya diragukan karena bersifat legenda.

Babad Tanah Jawi, Babon Tanah Jawa.jpg8. Babad Tanah Djawi, memuat asal-usul raja-raja di Jawa dari masa Hindu-Buddha hingga Islam.





                                    Gambar 3.8 Sastra Babad Tanah Djawi

Proses Islamisasi di Indonesia itu dipercepat lagi oleh adanya faktor-faktor :
a.         Syarat-syarat masuk agama Islam cukup mudah dan ringan.
b.         Pelaksanaan ibadahnya sederhana dan biayanya murah.
c.         Tidak mengenal sistem kasta, semua orang derajatnya sama.
d.         Agama Islam dari Gujarat telah mendapat pengaruh Hindu dan Tasawuf    sehingga pemahamannya mudah.
e.         Aturan-aturan dalam Islam itu fleksibel dan tidak memaksa.
f.          Runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit pada akhir abad ke-15.
            Agama Islam yang disebarkan dengan cara damai dan kekeluargaan itu ternyata berhasil membawa beberapa perubahan sosial, budaya, serta memperhalus dan memperkaya budaya Indonesia.























BAB IV
PENUTUP
4.1     Kesimpulan
     Berdasarkan data-data yang penulis dapatkan, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada Rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.
2. Sebelum kedatangan Hindu dan Buddha, masyarakat Jawa Prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme.
3. Saluran Islamisasi di Pulau Jawa ada 6 yaitu Perdagangan, Pernikahan, Ajaran Tasawuf, Pendidikan, Seni Budaya, dan Dakwah.

4.2     Saran
         Adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu :
1. Untuk setiap masyarakat Indonesia terutama para pelajar seharusnya jangan bersikap acuh tak acuh terhadap Sejarah Negara ataupun Sejarah Peradaban Islam karena itu sangat penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA


Sekian saja dari saya, terimakasih sudah berkunjung :)
Dan untuk Bagian Isi  lebih lengkap & rapi nya bisa di download disini

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa vote Blog ini yaa guys :) Thankyou