Hellooo...
Kita berjumpa lagi yaa.. Kali ini aku akan men-share karya tulis diriku saat duduk di Bangku SMA kelas XII yang digunakan sebagai syarat mengikuti UAS :)
Langsung saja yaa, semoga postingan ku kali ini bisa membantu kalian semua yaa terutama adik-adik SMA yg akan mengikuti UAS...
Check it out!
Note :
Untuk bagian Depan seperti Cover,Halaman Pengesahan,Persembahan,Daftar isi,dll bisa di download dibawah ini :)
https://drive.google.com/open?id=0B2IT85CY9oDOdXk5b0xZZEwyQlU
Bagian isi :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama terbesar
di Indonesia bahkan di dunia. Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas
dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Diera globalisasi ini,
banyak masyarakat dan khususnya para pelajar yang acuh tak acuh dengan Sejarah Negara,
apalagi Sejarah Peradaban Islam. Dewasa ini mereka hanya memandang sejarah
sebagai dongeng yang membosankan untuk didengar. Padahal, Sejarah Peradaban Islam
itu sangat penting bagi kita semua.
Peradaban dan perkembangan Islam
sendiri di Indonesia sangatlah pesat terutama di Pulau Jawa. Pulau Jawa sendiri
merupakan sentral dari segala aktivitas manusia di berbagai bidang di
Indonesia. Sehingga membuat peradaban islam di Pulau Jawa sangat pesat dan
cepat.
Selain itu, karena proses
sebelum dan sesudah masuknya agama Islam di Pulau Jawa yang menarik untuk
dipelajari. Merupakan salah satu hal yang mendorong penulis untuk membahas
tentang “Tinjauan Historis Masuknya Agama Islam di Pulau Jawa”
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan karya tulis ini yaitu :
1.2.1 Tujuan
Objektif
Penyusunan
karya tulis ini adalah penulis ingin berbagi pengetahuan dengan harapan pembaca
dapat memperoleh informasi tentang sejarah awal mula masuknya Agama Islam di Pulau
Jawa. Sehingga pembaca dapat menambah serta meningkatkan wawasan dibidang
sejarah.
1.2.2 Tujuan
Subjektif
Penyusunan karya tulis ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAN/UAS Tahun Ajaran 2015/2016 pada
SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam
penulisan karya tulis ini, Penulis memberikan batasan masalah yaitu Teori-Teori
Tentang Proses Masuk Dan Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa.
1.4
Metode Pembahasan
Metode yang dilakukan untuk penyusunan karya tulis ini
adalah sebagai berikut :
1.4.1 Metode Study
Pustaka
Dalam
menunjang kelengkapan isi, penulis memperoleh data dari buku-buku yang ada
hubungannya dengan Sejarah Perkembangan Agama Islam.
1.4.2 Metode
Browsing
Dalam melengkapi
kekurangan isi, penulis melakukan kegiatan browsing pada situs-situs internet yang
erat kaitannya dengan Sejarah Pekembangan Agama Islam.
1.5 Sistematika
Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan Objektif
1.2.2 Tujuan Subjektif
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Metode Pembahasan
1.4.1 Metode Study Pustaka
1.4.2 Metode Browsing
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah
Lahirnya Agama Islam
2.2 Kondisi
Masyarakat Jawa Sebelum Kedatangan Islam
2.2.1 Jawa Pra Hindu-Buddha
2.2.2 Jawa Masa Hindu-Buddha
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Saluran-Saluran Islamisasi di Pulau Jawa
3.1.1 Saluran Perdagangan
3.1.2 Saluran Perkawinan
3.1.3 Saluran Tasawuf
3.1.4 Saluran Pendidikan
3.1.5 Saluran Seni Budaya
3.1.6 Saluran Dakwah
3.2 Bukti-Bukti Peninggalan Islam di Pulau Jawa
3.2.1 Kerajaan-Kerajaan Islam
3.2.2 Bangunan Masjid
3.2.3 Makam dan Batu Nisan
3.2.4 Karya Sastra
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Sejarah Lahirnya Agama Islam
Islam bermula pada tahun
611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada Rasul yang terakhir yaitu Muhammad
bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi. Muhammad
dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi). Ia dilahirkan ditengah-tengah suku
Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang pasir yang suka
berperang dan menyembah berhala. Muhammad
dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih
berada di dalam kandungan ibunya.
Pada saat usianya masih 6
tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan
oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib.
Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani
kehidupan secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40
tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril, dan
sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup
kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara
sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam kemudian juga disampaikan secara
terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan
sebagian lainnya menentangnya.
Pada tahun 622 masehi,
Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah,
dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan kalender Islam. Di
Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang Anshar (kaum muslimin dari
Madinah) dan Muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah
umat Islam.
Dalam setiap peperangan
yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan
kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara
Mekkah dan Madinah. Keunggulan diplomasi Nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian
Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak
penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam,
sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi
pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah
memeluk agama Islam.
2.2
Kondisi Masyarakat Jawa Sebelum
Kedatangan Islam
2.2.1 Jawa Pra
Hindu-Buddha
Situasi kehidupan
“religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah heterogen.
Baik kepercayaan impor maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang
Jawa. Sebelum Hindu dan Buddha, masyarakat Jawa Prasejarah telah memeluk
keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa
adalah mengarah pada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata,
masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.
Di samping itu, mereka
meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang
dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati,
dan mendapat perlakuan istimewa.
2.2.2 Jawa
Masa Hindu-Buddha
Pengaruh Hindu-Buddha
dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima
pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses
akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh
terhadap sistem agama.
Sejak awal, budaya Jawa
yang dihasilkan pada masa Hindu-Buddha bersifat terbuka untuk menerima agama
apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu baik, maka sangatlah wajar jika
kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat).
Ciri lain dari budaya Jawa
pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja
sebagai titisan dewa adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham
menyatakan :
Dalam kerajaan
tradisional, agama dijadikan sebagai bentuk legitimasi. Pada zaman Hindu-Buddha
diperkenalkan konsep dewa raja atau raja titisan dewa. Ini berarti bahwa rakyat
harus tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat.
Agama diintegrasikan ke dalam kepentingan kerajaan/kekuasaan. Kebudayaan
berkisar pada raja, tahta dan keraton. Raja dan kehidupan keraton adalah puncak
peradaban pada masa itu.
Di pulau Jawa terdapat
tiga buah kerajaan masa Hindu Buddha, kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma,
Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu
aktivitas masyarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses integrasi
bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah berkembang pesat antara
lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian
besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.
BAB
III
PEMBAHASAN
MASALAH
3.1 Saluran-Saluran Islamisasi Di Pulau Jawa
3.1.1 Saluran
Perdagangan
Pedagang-pedagang muslim
yang melalui perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang
ramai mulai abad ke-7 sampai abad ke-16, yaitu antara Eropa, Timur Tengah,
India, Asia Tenggara, dan Cina banyak menetap di kota-kota pelabuhan dan
membentuk perkampungan muslim. Di perkampungan itu, ada beberapa orang yang
melakukan proses islamisasi yang dibantu para pedagang muslim untuk lebih
mengenal Islam. Mereka tertarik masuk Islam karena mereka melihat bahwa Islam
tidak memaksa atau merepotkan penduduk non muslim untuk mengikuti ajaran Islam.
Mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan penduduk non muslim tanpa adanya
perpecahan atau kekerasan. Proses itu dipercepat oleh situasi politik beberapa
kerajaan dimana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat.
3.1.2 Saluran Perkawinan
Para pedagang yang sudah
menetap itu kedudukan ekonomi dan sosialnya semakin baik. Ia menjadi kaya dan
terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian
mengawini gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara ini
pun tidak mengalami kesulitan. Saluran Islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila saudagar atau ulama Islam berhasil mengawini anak
raja atau adipati. Kalau raja atau adipati itu sudah Islam maka rakyatnya akan
mudah untuk diIslamkan. Misalnya : perkawinan Maulana Iskhah dengan putri raja
Blambangan melahirkan Sunan Giri.
3.1.3 Ajaran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran Ketuhanan
yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang magis. Karena itu para ahli
tasawuf ini biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Kedatangan ahli-ahli tasawuf ke Indonesia
diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli
tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama Islam.
Bersamaan dengan
perkembangan tasawuf ini maka dalam mengajarkan agama Islam disesuaikan dengan
pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu Budha, sehingga
mudah untuk dimengerti. Itulah sebabnya maka orang Jawa begitu mudah menerima
agama Islam.
3.1.4 Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan yang
paling tua adalah pondok pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam
pondok pesantren semacam asrama dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan
kelasnya. Yang mengajar adalah guru-guru agama (kyai dan ulama). Para santri
itu jika sudah tamat lalu pulang ke daerah asalnya dan menjadi tokoh keagamaan
yang juga terus mengajarkan ilmunya kepada masyarakat disekitarnya.
Dengan cara ini Islam
terus berkembang memasuki daerah-daerah yang terpencil. Pondok pesantren yang
telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa antara lain : Pondok Ampel
Denta di Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), Pondok Sunan
Giri dimana santrinya banyak yang berasal dari Maluku (daerah Hitu). Sedangkan
raja-raja dan keluarganya, kaum bangsawan, biasanya juga mendatangkan kyai atau
ulama untuk menjadi guru dan penasihat agama.
3.1.5 Saluran Seni Budaya
Misalnya seni bangun
(masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan sastra. Dalam seni
bangunan masjid, mimbar, ukir-ukirannya masih menunjukkan seni tradisional
bermotifkan budaya Indonesia-Hindu seperti yang terdapat pada candi-candi Hindu
atau Budha. Hal yang demikian dapat dijumpai di masjid-masjid kuno Demak,
Sendang Duwur, Agung Kasepuhan (Cirebon), Masjid Agung Banten, dan sebagainya.
Juga adanya pintu gerbang pada keraton-keraton Islam atau makam orang-orang
yang dianggap keramat menunjukkan bentuk candi bentar, kori agung. Begitu pula
nisan kubur-kubur kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban, dan Madura. Semua
menunjukkan budaya sebelum Islam.
Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya.
Misalnya dalam perayaan Grebeg Maulud (Sekaten) di Yogyakarta, Surabaya,
dan Cirebon. Juga lewat pertunjukan wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur
Islam. Menurut cerita, Sunan Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi
lewat sastra ditempuh dengan cara menyalin buku-buku tasawuf, hikayat, dan
babad ke dalam bahasa pergaulan (melayu).
3.1.6 Saluran Dakwah
Penyebaran Islam tidak dapat di lepaskan dari
peranan para Wali. Ada Sembilan Wali yang menyebarkan Islam dengan cara
berdakwah, yang disebut juga Walisongo. Mereka dikenal telah memiliki Ilmu
serta penghayatan yang tinggi terhadap Agama Islam. Berikut adalah para
Walisongo.
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Gambar
1.1 Sunan Gresik
Maulana
Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan
Tandhes atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Ia diperkirakan lahir di
Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14.
Maulana
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di
Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul
masyarakat, terutama golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan
Majapahit. Maulana Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat yang tengah
dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar
agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat
di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Gambar
1.2 Sunan Gunung Jati
Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin
putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia
masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari
Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat
dakwah dan pemerintahannya, yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya
yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan
menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga menjadi cikal-bakal berdirinya
Kesultanan Banten.
3. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Gambar
1.3 Sunan Ampel
Sunan
Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut
riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa
yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming.
4. Sunan Giri (Raden Paku / Ainul Yaqien)
Gambar
1.4 Sunan Giri
Sunan
Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad,
merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia
mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya
berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan
sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan
Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
5. Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)
Gambar
1.5 Sunan Bonang
Sunan
Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi
Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati
Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk
menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah
Suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang.
6. Sunan Kudus (Raden Ja'far Sodik)
Gambar
1.6 Sunan Kudus
Sunan
Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil
atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti
Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.
7. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Gambar
1.7 Sunan Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau
Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan
Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk
berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk
lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Gambar
1.8 Sunan Muria
Sunan
Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari
Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq.
Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria
adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
9. Sunan Drajat (Raden Qasim Syarifuddin)
Gambar
1.9 Sunan Drajat
Sunan
Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi
Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya
terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim.
Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang
memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit.
3.2 Bukti – Bukti
Peninggalan Islam di Pulau Jawa
3.2.1 Kerajaan-Kerajaan Islam
Dengan
masuknya Islam ke Indonesia telah melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam
yang tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa sendiri kerajaan-kerajaan bercorak
Islam kurang lebih ada lima kerajaan yaitu Kerajaan Demak, Banten , Mataram
Islam, Cirebon dan Pajang.
A. Kerajaan Demak (1500-1586)
Para
ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya. Menurut sumber sejarah lokal di Jawa, keruntuhan
Majapahit terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan candrasengkala,
Sirna Hilang Kertaning Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400 Saka.
Raja
pertama kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar
Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500- 1518 M. Menurut cerita
rakyat Jawa Timur, Raden Fatah merupakan keturunan raja terakhir dari Kerajaan
Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden Fatah,
kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang
luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, Demak juga
tumbuh menjadi sebuah kerajaan maritim karena letaknya di jalur perdagangan
antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu Kerajaan Demak disebut juga sebagai
sebuah kerajaan yang agraris-maritim.
B. Kerajaan Banten (1526-1813)
Kerajaan
Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan,
Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan
beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer
serta kawasan perdagangan.
Maulana
Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.
Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan
yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah
Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama
hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang
luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan
menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global
memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan
persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya.
Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya
Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada
masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja
bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
C. Kerajaan Mataram Islam (1586-1755)
Kerajaan
Mataram Islam adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad
ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng
Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa
Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang,
berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan
sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya
(Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan
Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,
termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah
semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima
bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
D. Kerajaan Cirebon (1579-1677)
Kesultanan
Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15
dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan
pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan
perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan
"jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu
kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan
Jawa maupun kebudayaan Sunda.
E. Kerajaan Pajang (1549-1618)
Kerajaan
Pajang adalah satu kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan
Kerajaan Demak. Kompleks keratonnya pada zaman ini tinggal tersisa berupa
batas-batas fondasinya saja yang berada di perbatasan Kelurahan Pajang - Kota
Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
3.2.2 Bangunan Masjid
Masjid
merupakan tempat ibadah umat Islam. Biasanya masjid-masjid kuno di daerah Jawa
didirikan di sebelah barat alun-alun dekat keraton. Masjid merupakan tempat
bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama makhluk Allah. Masjid peninggalan
sejarah di Pulau Jawa, antara lain sebagai berikut.
1. Masjid Agung Demak (Demak)
Gambar
2.0 Masjid Agung Demak
2. Masjid Agung Surakarta (Solo)
Gambar
2.1 Masjid Agung Surakarta
3. Masjid Kudus (Kudus)
Gambar
2.2 Masjid Kudus
4. Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon)
Gambar 2.3 Masjid Agung Kesepuhan
5. Masjid Sunan Ampel (Surabaya)
Gambar
2.4 Masjid Sunan Ampel
6. Masjid Agung Banten (Banten)
Gambar
2.5 Masjid Agung Banten
7. Masjid Sendang Duwur (Tuban)
Gambar
2.6 Masjid Sendang Duwur
8. Masjid Agung Yogyakarta (Yogyakarta)
Gambar
2.7 Masjid Agung Yogyakarta
9. Masjid Mantingan (Jepara)
Gambar
2.8 Masjid Mantingan
3.2.3 Makam Dan Batu Nisan
Nisan
merupakan sebuah bentuk bangunan sebagai penanda dimakamkannya jenazah
seseorang. Adapun beberapa batu nisan peninggalan sejarah Islam di Pulau Jawa
sebagai berikut.
1. Batu Nisan Leran / Fatimah Binti Ma’imun
Gambar
2.9 Batu Nisan Fatimah Binti Ma’imun
Batu
Nisan Leran dibuat pada tahun 1082 M. Pada batu nisan tersebut terdapat tulisan
dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Dari tulisan tersebut dapat diketahui
bahwa batu nisan tersebut dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam
bernama Fatimah binti Ma'imun. Batu Nisan Leran terdapat di Leran, Gresik, Jawa
Timur.
2. Batu Nisan Dan Makam Maulana Malik Ibrahim
Gambar
3.0 Batu Nisan Dan Makam Maulana Malik Ibrahim
Batu
nisan ini didirikan di atas makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa TImur.
Selain itu, terdapat beberapa makam peninggalan sejarah Islam di Pulau Jawa
sebagai berikut.
a. Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon (Jawa
Barat)
Gambar
3.1 Makam Sunan Gunung Jati
b. Makam Sunan Tembayat di Klaten (Jawa
Tengah)
Gambar
3.2 Makam Sunan Tembayat
c. Makam Troloyo di Mojokerto (Jawa Timur)
Gambar
3.3 Makam Troloyo
d. Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri
(Yogyakarta)
Gambar 3.4 Makam Raja-Raja
Mataram
e. Makam Sunan Bonang di Tuban (Jawa Timur)
Gambar
3.5 Makam Sunan Bonang
3.2.4 Karya Sastra
Karya
sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud
penulis untuk tujuan estetika. Dan pada zaman kerajaan Islam di jawa terdapat
beberapa peninggalan berupa karya sastra sebagai berikut.
1. Sajarah Banten, umumnya menceritakan
riwayat raja-raja Banten, raja-raja Demak yang berkaiatan dengan para penguasa
Jepara, kisah para sunan dan wali Islam. Sajarah Banten, di antaranya, menulis
Ki Dilah dari Palembang yang pernah membangkang terhadap Majapahit dua kali,
lalu Pati Unus sebagai penguasa Demak diperintah untuk menundukkan Ki Dilah dan
berhasil. Menurut Sajarah Banten, Sunan Giri dan Bonang pernah belajar Islam di
Samudera Pasai.
Gambar
3.6 Sastra Sejarah Banten
2. Hikayat Hasanuddin, isinya lebih pendek dari Sajarah
Banten, memuat riwayat raja-raja Banten, Demak, Sunan Gunung Jati, serta
nama-nama imam di Mesjid Demak.
3. Serat Kandha, ditulis pada abad ke-18 yang bersumber
dari karya-karya penulis pesisir utara Jawa abad ke-16 dan 17, memuat kehidupan
Sultan Trenggana Demak.
4. Babad Mataram, merupakan ringkasan Serat
Kandha, ditulis pada abad ke-18 juga, keduanya menceritakan riwayat keluarga
Mataram.
Gambar
3.7 Sastra Babad Mataram
5. Babad Sangkala, memuat daftar-daftar tarikh (tahun)
yang lumayan komplit tentang peristiwa-peristiwa sejarah pada masanya.
6. Sajarah Dalem, berisi silsilah keluarga raja
Mataram-Islam yang disusun di Surakarta (Solo) pada abad ke-19, di dalamnya
terdapat pula daftar generasi yang lebih tua dari raja-raja Mataram.
7. Babad Pasir, berasal dari pedalaman Banyumas, memuat
seputar islamisasi di Jawa Tengah dan Timur yang kebenarannya diragukan karena
bersifat legenda.
8. Babad Tanah Djawi, memuat asal-usul
raja-raja di Jawa dari masa Hindu-Buddha hingga Islam.
Gambar
3.8 Sastra Babad Tanah Djawi
Proses Islamisasi di Indonesia itu dipercepat lagi oleh adanya
faktor-faktor :
a. Syarat-syarat masuk agama
Islam cukup mudah dan ringan.
b. Pelaksanaan ibadahnya sederhana
dan biayanya murah.
c. Tidak
mengenal sistem kasta, semua orang derajatnya sama.
d. Agama
Islam dari Gujarat telah mendapat pengaruh Hindu dan Tasawuf sehingga pemahamannya mudah.
e. Aturan-aturan
dalam Islam itu fleksibel dan tidak memaksa.
f. Runtuhnya
kerajaan Hindu Majapahit pada akhir abad ke-15.
Agama Islam yang
disebarkan dengan cara damai dan kekeluargaan itu ternyata berhasil membawa
beberapa perubahan sosial, budaya, serta memperhalus dan memperkaya budaya Indonesia.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
data-data yang penulis dapatkan, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama
diturunkan kepada Rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira',
Arab Saudi.
2. Sebelum kedatangan Hindu dan Buddha, masyarakat Jawa
Prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme.
3. Saluran Islamisasi di Pulau Jawa ada 6 yaitu
Perdagangan, Pernikahan, Ajaran Tasawuf, Pendidikan, Seni Budaya, dan Dakwah.
4.2 Saran
Adapun
saran yang ingin penulis sampaikan yaitu :
1. Untuk setiap masyarakat Indonesia terutama para
pelajar seharusnya jangan bersikap acuh tak acuh terhadap Sejarah Negara
ataupun Sejarah Peradaban Islam karena itu sangat penting untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Sekian saja dari saya, terimakasih sudah berkunjung :)
Dan untuk Bagian Isi lebih lengkap & rapi nya bisa di download disini
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa vote Blog ini yaa guys :) Thankyou