LEGENDA KELEKUP GANGSA ULAR NAGA DI DANAU RANAU
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian
Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh
Azhar Haris Nasution
16140023
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan kesempatan yang
diberikan-Nya sehingga Makalah yang berjudul “ Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga
di Danau Ranau ” ini dapat penulis selesaikan. Makalah ini disusun guna untuk
memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Bahasa Indonesia. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita
tentang cerita rakyat terutama asal usul nama suatu daerah
ataupun tempat yang ada di Indonesia.
Selama penyusunan makalah
ini, penulis masih menemui banyak hambatan dan kesulitan diantaranya disebabkan
oleh keterbatasan waktu, bahan serta pengetahuan. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, maka dari itu atas kesalahan serta kekurangannya penulis mohon
maaf.
Dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kritik dan saran yang bersifat membangun juga sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, 14 Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................1
B.
Tujuan Penulisan .................................................................................2
C.
Rumusan Masalah ...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Cerita Rakyat ....................................................................3
B.
Jenis – Jenis Cerita Rakyat .................................................................3
C.
Contoh Cerita Rakyat .........................................................................3
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan...........................................................................................6
B.
Saran.....................................................................................................6
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia tumbuh
berbagai cerita rakyat dengan corak dan budaya yang beranekaragam. Cerita
rakyat itu sendiri memiliki beberapa jenis. Diantaranya, ada yang berupa fabel
(cerita binatang), legenda (cerita tentang asal usul suatu tempat), mite
(cerita tentang makhluk halus), dan sage (cerita tentang kepahlawanan).
Cerita rakyat adalah yang bersumber hikayat-hikayat
warisan bangsa, yang diungkapkan dari satu generasi ke generasi tanpa
disandarkan kepada pendirinya (Thu'aimah 1998: 202). Cerita rakyat yang berkembang
di Indonesia sangatlah banyak, seperti contoh Danau Toba, Malin Kundang, Roro
Jonggrang, Putri Duyung, dan lain-lain. Termasuk cerita rakyat yang berkembang
di Provinsi Lampung, tepatnya di Kabupaten Lampung Barat yaitu Legenda Kelekup Gangsa
Ular Naga di Danau Ranau.
Pesan moral yang kita
dapatkan apabila mendengarkan cerita Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di Danau Ranau, diantaranya tentang kekeluargaan, menjauhi
perbuatan jahat dan selalu
berbuat baik. Pesan moral yang disampaikan baik melalui peristiwa-peristiwa yang
dialami tokoh-tokohnya ataupun yang diungkapkan secara langsung maupun tidak
langsung melalui tingkah laku tokoh-tokohnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui pengertian dari cerita rakyat.
2. Mengetahui jenis-jenis cerita rakyat.
3. Mengetahui legenda dari kelekup gangsa ular naga di danau ranau.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan cerita rakyat?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis cerita rakyat!
3. Bagaimanakah legenda kelekup gangsa ular naga di danau ranau?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di
masyarakat, dan disampaikan secara turun-menurun. Sementara itu menurut
Thu’aimah, Cerita rakyat adalah yang bersumber
hikayat-hikayat warisan bangsa, yang diungkapkan dari satu generasi ke generasi
tanpa disandarkan kepada pendirinya.
B. Jenis-Jenis Cerita Rakyat
Jenis-jenis cerita rakyat ada Empat, yaitu :
1. Fabel adalah jenis
cerita rakyat yang pelaku atau tokoh dalam cerita adalah hewan.
2. Legenda adalah
cerita rakyat yang mengisahkan asal-usul suatu tempat atau daerah.
3. Mite adalah cerita
rakyat yang mengisahkan kehidupan dewa-dewi atau yang berhubungan dengan makluk
halus.
4. Sage adalah bentuk
cerita rakyat yang bercerita tentang kepahlawanan.
C. Contoh Cerita Rakyat
Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di Danau Ranau
Pada zaman dahulu kala, awal mula adanya penduduk yang
mendiami Pekon Way Mengaku sekitar keturunan yang ke III (anak-anak dari
Sebuay). Sebagaimana dalam sejarah bahwa suami dari Sebuay adalah seorang
laki-laki dari Gunung Aji Ranau yang datang ke Pekon Way Mengaku dan menemukan
jodohnya pada Sebuay dalam bahasa Lampung "Bakas Semanda". Yaitu
seorang perempuan yang mengambil seorang laki-laki dan dalam hidupnya
sehari-hari, kegiatan keluarga laki-laki secara utuh mengikuti pihak istri. Bahkan
akan terus mengikuti kegiatan secara utuh hingga akhir hayatnya.
Dari perkawinan tersebut lahir 7 (tujuh) orang anak semuanya laki-laki yang masing-masing punya panggilan atau pengurau, yaitu Umpu Suat, Se Bebigor, Se Batin Balak, Se Mandi Walay, Se Jambi dan Se Gundang Caring atau Sekutu Ni way.
Dari perkawinan tersebut lahir 7 (tujuh) orang anak semuanya laki-laki yang masing-masing punya panggilan atau pengurau, yaitu Umpu Suat, Se Bebigor, Se Batin Balak, Se Mandi Walay, Se Jambi dan Se Gundang Caring atau Sekutu Ni way.
Ketujuh
orang anak-anak dari Sebuay tersebut, bagi warga yang masih anak keturunan
memanggilnya dengan nama panggilan "Tian Pitu Jong". Mereka berpencar
untuk meneruskan kehidupan di luar Pekon Way Mengaku ke seluruh penjuru Daerah
Provinsi Lampung bahkan sampai Provinsi Banten. Hingga kini yang masih terlacak
dan di ketahui keberadaannya dari 6 (enam) keturunan yang lain dari
adik-adiknya, yaitu berada di :
- Tanjung Heran Sukau;
- Penggawa Lima Tengah Krui dan Sekuting Liwa;
- Ngambur Krui;
- Pangkul, Way Gelang Semaka (Tanggamus);
- Tanjungan Kalianda (Lampung Selatan) dan
- Banton atau Provinsi Banten.
Di dalam keluarga tersebut ada sebuah benda pusaka berupa Kentungan atau disebut dalam bahasa Lampung adalah "Kelekup Gangsa". Kelekup Gangsa tersebut digunakan untuk memberi tanda-tanda kepada semua anggota keluarga untuk berkumpul ataupun sedang ada bahaya.
Konon ceritanya, Kelekup Gangsa
tersebut bilamana dibunyikan dengan dipukul atau ditabuh maka bunyinya akan
sampai ke Pulau Jawa sekitar daerah Banton/Banten. Karena itulah sebabnya, ada
salah satu keturunan dari Pekon Way Mengaku yang berada di daerah Banten dan
memiliki keturunan hingga kini.
Seiring dengan perkembangan waktu, maka pihak keluarga suami dari Sebuay mengetahui akan hal ikhwal ini. Keajaiban dari harta pusaka Sebuay berupa Kelekup Gangsa atau Kentungan, sehingga menimbulkan niat kurang baik dari saudara-saudara pihak keluarga (suami Sebuay) untuk mencuri Kelekup Gangsa.
Seiring dengan perkembangan waktu, maka pihak keluarga suami dari Sebuay mengetahui akan hal ikhwal ini. Keajaiban dari harta pusaka Sebuay berupa Kelekup Gangsa atau Kentungan, sehingga menimbulkan niat kurang baik dari saudara-saudara pihak keluarga (suami Sebuay) untuk mencuri Kelekup Gangsa.
Hingga pada suatu hari, sekelompok
orang (saudara suami Sebuay)
pun benar-benar mencuri Kelekup Gangsa tersebut. Dan setelah berhasil mencuri
Kelekup Gangsa tersebut, sekelompok pencuri itu berlari meninggalkan desa tetapi
mengingat perjalanan yang akan
ditempuh jauh, dengan berjalan kaki, dan melewati hutan belantara.
Maka, perjalanan tersebut baru sampai di Danau Ranau pada waktu sore hari. Dan
demi keamanan, Kelekup Gangsa itu juga dimasukkan ke dalam air Danau Ranau,
lalu akan meneruskan perjalanan pada keesokan harinya.
Pada keesokan harinya, saat akan meneruskan perjalanan, ternyata Kelekup Gangsa tersebut sudah berubah menjadi Seekor Ular Naga. Itulah sekilas cerita tentang legenda Ular Naga di Danau Ranau milik Pribumi Way Mengaku. Dan hingga kini masih melegenda pada masyarakat Pribumi Asli Way Mengaku dan menjadi warahan dari zaman ke zaman karena tidak ada berupa buku dokumentasi yang mencatat sejarah dan kisah ceritanya. Warahan sendiri dalam bahasa Lampung memiliki arti cerita zaman dahulu yang disebarkan secara lisan.
Dan itu pula yang menyebabkan enam keturunan yang lainnya hingga kini masih menetap di tempat-tempat yang disebutkan diatas. Bahkan telah menyebar luas dan mempunyai banyak keturunan dimana-mana. Dikarenakan kentungan untuk memanggil pulang dan mengupulkan mereka berupa Kelekup Gangsa telah berubah menjadi Seekor Ular Naga di Danau Ranau.
Pada keesokan harinya, saat akan meneruskan perjalanan, ternyata Kelekup Gangsa tersebut sudah berubah menjadi Seekor Ular Naga. Itulah sekilas cerita tentang legenda Ular Naga di Danau Ranau milik Pribumi Way Mengaku. Dan hingga kini masih melegenda pada masyarakat Pribumi Asli Way Mengaku dan menjadi warahan dari zaman ke zaman karena tidak ada berupa buku dokumentasi yang mencatat sejarah dan kisah ceritanya. Warahan sendiri dalam bahasa Lampung memiliki arti cerita zaman dahulu yang disebarkan secara lisan.
Dan itu pula yang menyebabkan enam keturunan yang lainnya hingga kini masih menetap di tempat-tempat yang disebutkan diatas. Bahkan telah menyebar luas dan mempunyai banyak keturunan dimana-mana. Dikarenakan kentungan untuk memanggil pulang dan mengupulkan mereka berupa Kelekup Gangsa telah berubah menjadi Seekor Ular Naga di Danau Ranau.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di
masyarakat, dan disampaikan secara turun-menurun. Jenis-jenis
cerita rakyat ada empat yaitu Fabel (cerita tentang hewan), Mite (cerita
yang berhubungan dengan makluk halus), Sage (cerita rakyat yang bercerita
tentang kepahlawanan), dan Legenda ialah cerita rakyat pada zaman dahulu yang
ada hubungannya dengan peristiwa sejarah (Moeliono, 1988:508).
Salah satu contoh cerita rakyat adalah Legenda Kelekup
Gangsa Ular Naga di Danau Ranau. Cerita rakyat ini sangat terkenal bagi
masyarakat Lampung Barat. Kelekup Gangsa adalah benda pusaka
milik keluarga Sebuay yang digunakan untuk mengumpulkan semua keluarga
keturunan ataupun pertanda bahaya. Konon ceritanya, Kelekup Gangsa tersebut
bilamana dibunyikan dengan dipukul maka bunyinya akan sampai ke daerah Banten.
Pada suatu hari Kentungan itu dicuri oleh seorang keluarga suami Sebuay. Dan
pada saat perjalanan membawa Kentungan tersebut, pencuri itu berhenti sejenak
di Danau Ranau karena hari sudah malam. Dan dimasukkanlah Kentungan tersebut ke
dalam Danau Ranau agar tidak diketahui orang lain. Dan saat akan melanjutkan
perjalanan, Kentungan itu sudah menjadi Seekor Ular Naga yang mendiami Danau
Ranau, Dan hingga saat ini masih banyak warga yang percaya bahwa Ular Naga itu
memang benar-benar ada keberadaannya di Danau Ranau.
B. Saran
1. Semoga
pembaca dapat mengambil pelajaran dari cerita ini.
2. Semoga
cerita rakyat ini dapat dikenal lebih luas lagi oleh banyak orang. Terutama
seluruh masyarakat Lampung bahkan Indonesia, sehingga cerita ini tidak hanya
dikenal dan dilestarikan oleh masyarakat Lampung Barat saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013.
“Jenis-Jenis dan Ciri-Ciri Cerita Rakyat”. Dalam http://www.acehlook.com/jenis-jenis-dan-ciri-ciri-cerita-rakyat/. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2016, Pukul 19:00 WIB.
Fadhly,
Muhammad Wildan. 2009. “Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di Danau Ranau”. Dalam
http://www.mwfadhly.blogspot.co.id/. Diakses pada
tanggal 14 Desember 2016, Pukul 20:30 WIB.
Iper, Dunis
dkk. 1998. Legenda dan Dongeng Dalam Sastra Dayak Ngaju. Jakarta:Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
SMA/MAK Kelas X. Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud.
Nisa, Khoirun.
2015. “Makalah Cerita Rakyat Perjalanan Ki Ageng Pandanaran ke Jabalkat”. Dalam
http://www.chornessa17.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 11 Desember 2016, Pukul 16:00 WIB.
Notosudirjo,
Suwardi. 1990. Kosakata Bahasa Indonesia. Yogyakarta:Kanisius.
Lebih rapihnya bisa buka link di bawah ini :
https://www.drive.google.com/open?id=0B2IT85CY9oDOUFlMeXZmcFF2T0lfeVItNi1qVzVaT3lYNE5z